17:10-20 Pertanyaan dari Andreas. “aku tidak percaya kalau sang Penyelamat telah mengatakan hal-hal ini, sebab sesungguhnya ajaran-ajaran ini adalah gagasan-gagasan yang aneh”. Sang Penyelamat adalah sebutan untuk Kristus Yesus. Pertanyaan Andreas ini merupakan respon atas Pengelihatan dan Pikiran yang didapat Maria dari sang Penyelamat. Maria mengutarakan pengetahuan yang dimilikinya yang berasal dari sang Penyelamat sebagai sebuah vision. Andreas menjadi tidak percaya karena Maria mengutarakan penglihatannya seperti sang Penyelamat sendiri. Ia sepertinya menyiratkan diri sebagai pengejawantahan dari sang Penyelamat. Maria mengambil peranan sang Penyelamat dan ini tidak disetujui Andreas. Maria dengan memainkan peranan Sang Penyelamat ia menjadi kendaraan yang dikenakan-Nya. Kendaraan untuk menyampaikan sabda-Nya kepada para murid-Nya atau kepada dunia. Peran maria di sini menjadi penting karena ia adalah sarana penyampaian sabda setelah kebangkitan sang Penyelamat.Keanehan ajaran yang dirasakan Andreas karena ajaran sang Penyelamat terkesan ‘baru’ dan ia sama sekali tidak memahami ajaran tersebut dengan baik, walaupun ia telah menjadi muridnya yang cukup baik. Ketidakpercayaannya hanyalah penolakan terhadap ajaran sang Penyelamat yang terkesan aneh. Hal ini tidak ada kaitannya dengan Maria sebagai pribadi, hanya isi ajaran-Nya. Jika maria mendapat posisi dalam diri sang penyelamat, ia membawa otoritas pengajaran Tuhan bersamanya. Karena hanya ia yang tahu dan memahami apa yang diajarkan sang Penyelamat. Pengajaran sang Penyelamat telah bersama dia, melalui dia, dan dibawanya. Maka jika pemikirannya demikian, tidak boleh ada penolakan atau protes terhadap ajaran Maria. Ketidakpercayaan Andreas menjadi tidak bisa diperdebatkan karena jawabanya hanya ada pada diri Maria.
Hal ini berlaku juga dengan Petrus. Namun, pertanyaan yang diungkapkan Petrus bukanlah pertanyaan esensial ajaran Yesus, seperti yang diperbuat Andreas, melainkan mempertanyakan pribadi Maria. Petrus mempertanyakan perihal gender dan juga status Maria dihadapan sang Penyelamat. “...berbicara kepada seorang perempuan secara pribadi tanpa sepengetahuan kita? ... Apakah dia memang lebih memilihnya daripada memilih kita?” Kemarahan Petrus lebih pada isu gender. Perempuan lebih diangkat dan diterima sebagai saluran pengajaran daripada Petrus, koordinator para rasul. Dalam injil ini Petrus dan Andreas dijadikan pribadi yang ‘buta’, yang sama sekali tidak tahu menahu akan pengajaran sang Penyelamat selanjutnya setelah kebangkitan-Nya. Respon Petrus dan Andreas terhadap penglihatan Maria adalah benar-benar tidak dapat dibenarkan, tidak sesuai, dan tidak tepat. Kejanggalan juga muncul di sini karena di beberapa bab sebelumya Petrus meminta Maria untuk memberikan pengajaran atas hal-hal yang belum mereka ketahui dan diketahui oleh Maria secara khusus dari sang Penyelamat. Petrus bertanya dan kemudian responnya tidak berbanding lurus. Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan perihal kepribadian Petrus.
18: 1-5 Jawaban Maria. Dua jawaban darinya, yaitu ‘menangis’ dan ‘mengatakan mengapa engkau tidak percaya?’ Tangisan bisa menjadi suatu ketidakstabilan dalam injil ini. Dalam kisah sebelumya Maria memberikan penghiburan bagi murid-murid yang menangis. Ia menjadi pribadi yang tegar. Namun di sini, Maria menangis dan bisa jadi Maria tidak benar-benar tegar karena ia belum siap dengan jawaban-jawaban yang akan muncul ketika ia mengutarakan penglihatannya. Seharusnya ia menjadi lebih tegar karena penglihatannya yang baru dan aneh haru didahului dengan sikap siap sedia berbicara, siap sedia ditolak. Kemudian secara sederhana tangisan Maria ini juga bisa diartikan karena setelah beberapa lama, para murid belum juga percaya dengannya. Maria menagis karena Petrus dan Andreas tidak mampu menangkap pesan yang ia sampaikan. Tangisan itu karena mereka tetap saja menjadi pribadi yang ‘lama’ dan tidak terbuka dengan yang lain. Juga bisa jadi tangisan ini sebagai naluri alamiah seorang perempuan ketika integritasnya dipertanyakan. Jika demikian, maka Maria adalah memang benar pribadi yang tidak stabil.
Apakah engkau beranggapan bahwa aku telah mengada-ada atau bahwa aku berdusta tentang sang Penyelamat?” Ini juga merupakan respon atas penolakan yang dilakukan Petrus dan Andreas. Respon kedua ini sekali lagi juga berbau ‘perempuan’ dan sama sekali tidak menjawab hal-hal esensial dari ajaran-ajaran yang diberikan sang Penyelamat lewat visionnya. Seharusnya Maria bisa menjawab tujuan dan maksud sang Penyelamat menyampaikan ajaran yang ‘aneh’ ini. Namun yang ia lakukan ternyata sebaliknya.
18:6-21 Jawaban Lewi atau dukungan lewi terhadap Maria. 7 ayat ini berisi tentang pembelaan Lewi terhadap Maria yang menangis. Kata-kata awalnya ditujukan kepada Petrus, sekali lagi pada pribadi Petrus sendiri, bukan pembelaan atas esensi pengajaran sang Penyelamat. Sepertinya ajaran sang Penyelamat sudah baku dan tidak ada yang mau berpikir kritis tentangnya kecuali Andreas. Lewi menuduh Petrus telah berlaku kasar kepada Maria. Lewi mengatakan kekeras-kepalaan Petrus telah membuat relasi yang seperti musuh. Bukan lagi relasi antar para sahabat sang Penyelamat. Petrus yang keras kepala di sini bisa saja dikaitkan dengan Petrus dalam tradisi Injil dimana ia adalah pribadi yang sembrono, suka tabrak menabrak, berbicara tanpa berpikir dulu, dan lain sebagainya yang bisa mendeskripsikan kepribadian buruk Petrus. Namun jika dikaitkan dengan Injil ini, kepribadian Petrus seperti ada dalam pengajaran atau vision Maria. Penginjil ini ingin memberitahukan kepada pembacanya model dari kuasa kemurkaan yang berasal dari hikmat orang yang marah. Petrus dijadikan contoh akan pengajaran yang diberikan Maria. Inilah yang kemudian saya pikir menjadi agenda dari penulis injil ini. Sang penulis ingin menunjukkan bahwa kuasa kemurkaan adalah seperti itu dan hal ini merupakan sesuatu yang lebih penting daripada penjelasan yang sederhana dan ringkas, entah lewat perumpamaan, tentang vision yang diterima Maria. Dengan demikian, bagian ini tidak terlepas dengan bagian sebelumnya. Penulis ingin mengkaitkannya. Protes dari Petrus dan Andreas hanyalah sebuah agenda yang menjadikan gerak atau logika injil ini terlihat lurus.
Kemudian Lewi melanjutkan pembelaannya dengan mengklaim bahwa Maria telah dipilih oleh sang Penyelamat sendiri untuk memberitakan ajaran-Nya. Dia telah membuat Maria berharga. Dia telah mengasihi Maria lebih daripada para murid lainnya. Dengan ungkapan ini mungkin saja sang penulis ingin mengkaitkan dengan Injil Yohanes mengenai murid yang dikasihi Yesus. Dalam koteks ini, Maria adalah murid yang dikasihi-Nya. Dengan demikian selesailah perdebatan. Tidak ada lagi perdebatan tentang vision yang diutarakan Maria. Para murid tidak bisa menolak ungkapan perasaan sang Penyelamat sendiri. Sang Penyelamat telah memilih dan memberikan ajaran terbaiknya kepada Maria. Selesai. Titik. Bagi yang tidak percaya pada Maria berarti tidak percaya pada sang Penyelamat. Maria memiliki kuasa lebih di sini karena ia-lah yang mengetahui segala kebenarannya, tidak ada saksi mata atau bukti lain selain dia. Saya pikir ini juga merupakan agenda untuk pemberitaan kuasa-kuasa yang merupakan isi vision Maria.
Kita harus berpakaian dengan pakaian Kemanusiaan yang sempurna, kita harus mendapatkannya bagi diri kita seperti telah diperintahnya. Ungkapan ini ingin mengatakan bahwa Anak Manusia telah ada bersama kita. Kita hidup bersama dengan-Nya. Mengenakan kemanusiaan yang sempurna merupakan suatu metafor untuk mengenali humanisme sempurna yang ada dalam diri seseorang. Kita harus mengenali Dia agar kita bisa bersatu bersama-Nya dan tidak menolak maupun protes atas perintah-Nya. Manusia harus percaya pada hukum-Nya dan bukan pada hukum pemerintah, Yunani. Lewi kembali mengajak untuk setia dan percaya pada ajaran sang penyelamat tanpa berpikir kritis dulu terhadapnya.
19:1-2 Penutup. Mereka pun keluar untuk mengajar dan berkhotbah. Hal ini merupakan pengulangan dalam kisah sebelumnya(8: 21-22). Alasannya adalah setelah mendengar ajaran sang Penyelamat pergilah tanpa banyak perkara untuk mengajar dan berkotbah.
Namun dalam bukti tertulis, Injil Maria dalam teks Kopt tertulis sebagai ‘mereka’ dan dalam teks Yunani tertulis sebagai tunggal ‘dia’. Maka menurut teks kopt, Lewi dapat memenangkan pikiran dan hati Petrus dan Andreas sehingga mereka sama-sama pergi mengajar dan berkotbah. Menurut teks Yunani, hanya lewi-lah yang pergi mengajar dan berkotbah. Petrus dan Andreas tetap bersitegang dengan Maria dan kurang menerima vision-nya.
Catatan Tambahan
Dalam kisah ini memang ada debat antara Maria dan Petrus. Namun sebenarnya debat atas ajaran sang penyelamat ini adalah antara Petrus dan Andreas vs Maria dan Lewi. Di sini Petrus dan Andreas hanyalah sebagai dua tokoh kunci yang membuka persoalan dan kemudian berbagai ajaran sang Penyelamat diulang dan ditekankan kembali oleh Maria dan Lewi. Tentu saja dalam hal ini Lewi memegang peranan penting karena dalam pembelaannya kepada Maria, Lewi memberikan pengajaran untuk percaya lewat Maria yang dikasihi-Nya dan yang tidak akan berbuat bohong karena ada ajakan untuk mengenakan pakaian kemanusiaan. Jadi peranan Lewi di kisah ini sama pentingnya dengan peranan Maria. Kisah dari Injil Maria ini ingin mengangkat dua orang tersebut dan menjadikan Petrus dan Andreas, rasul Yesus, sebagai batu lompatan saja.
Hal ini berlaku juga dengan Petrus. Namun, pertanyaan yang diungkapkan Petrus bukanlah pertanyaan esensial ajaran Yesus, seperti yang diperbuat Andreas, melainkan mempertanyakan pribadi Maria. Petrus mempertanyakan perihal gender dan juga status Maria dihadapan sang Penyelamat. “...berbicara kepada seorang perempuan secara pribadi tanpa sepengetahuan kita? ... Apakah dia memang lebih memilihnya daripada memilih kita?” Kemarahan Petrus lebih pada isu gender. Perempuan lebih diangkat dan diterima sebagai saluran pengajaran daripada Petrus, koordinator para rasul. Dalam injil ini Petrus dan Andreas dijadikan pribadi yang ‘buta’, yang sama sekali tidak tahu menahu akan pengajaran sang Penyelamat selanjutnya setelah kebangkitan-Nya. Respon Petrus dan Andreas terhadap penglihatan Maria adalah benar-benar tidak dapat dibenarkan, tidak sesuai, dan tidak tepat. Kejanggalan juga muncul di sini karena di beberapa bab sebelumya Petrus meminta Maria untuk memberikan pengajaran atas hal-hal yang belum mereka ketahui dan diketahui oleh Maria secara khusus dari sang Penyelamat. Petrus bertanya dan kemudian responnya tidak berbanding lurus. Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan perihal kepribadian Petrus.
18: 1-5 Jawaban Maria. Dua jawaban darinya, yaitu ‘menangis’ dan ‘mengatakan mengapa engkau tidak percaya?’ Tangisan bisa menjadi suatu ketidakstabilan dalam injil ini. Dalam kisah sebelumya Maria memberikan penghiburan bagi murid-murid yang menangis. Ia menjadi pribadi yang tegar. Namun di sini, Maria menangis dan bisa jadi Maria tidak benar-benar tegar karena ia belum siap dengan jawaban-jawaban yang akan muncul ketika ia mengutarakan penglihatannya. Seharusnya ia menjadi lebih tegar karena penglihatannya yang baru dan aneh haru didahului dengan sikap siap sedia berbicara, siap sedia ditolak. Kemudian secara sederhana tangisan Maria ini juga bisa diartikan karena setelah beberapa lama, para murid belum juga percaya dengannya. Maria menagis karena Petrus dan Andreas tidak mampu menangkap pesan yang ia sampaikan. Tangisan itu karena mereka tetap saja menjadi pribadi yang ‘lama’ dan tidak terbuka dengan yang lain. Juga bisa jadi tangisan ini sebagai naluri alamiah seorang perempuan ketika integritasnya dipertanyakan. Jika demikian, maka Maria adalah memang benar pribadi yang tidak stabil.
Apakah engkau beranggapan bahwa aku telah mengada-ada atau bahwa aku berdusta tentang sang Penyelamat?” Ini juga merupakan respon atas penolakan yang dilakukan Petrus dan Andreas. Respon kedua ini sekali lagi juga berbau ‘perempuan’ dan sama sekali tidak menjawab hal-hal esensial dari ajaran-ajaran yang diberikan sang Penyelamat lewat visionnya. Seharusnya Maria bisa menjawab tujuan dan maksud sang Penyelamat menyampaikan ajaran yang ‘aneh’ ini. Namun yang ia lakukan ternyata sebaliknya.
18:6-21 Jawaban Lewi atau dukungan lewi terhadap Maria. 7 ayat ini berisi tentang pembelaan Lewi terhadap Maria yang menangis. Kata-kata awalnya ditujukan kepada Petrus, sekali lagi pada pribadi Petrus sendiri, bukan pembelaan atas esensi pengajaran sang Penyelamat. Sepertinya ajaran sang Penyelamat sudah baku dan tidak ada yang mau berpikir kritis tentangnya kecuali Andreas. Lewi menuduh Petrus telah berlaku kasar kepada Maria. Lewi mengatakan kekeras-kepalaan Petrus telah membuat relasi yang seperti musuh. Bukan lagi relasi antar para sahabat sang Penyelamat. Petrus yang keras kepala di sini bisa saja dikaitkan dengan Petrus dalam tradisi Injil dimana ia adalah pribadi yang sembrono, suka tabrak menabrak, berbicara tanpa berpikir dulu, dan lain sebagainya yang bisa mendeskripsikan kepribadian buruk Petrus. Namun jika dikaitkan dengan Injil ini, kepribadian Petrus seperti ada dalam pengajaran atau vision Maria. Penginjil ini ingin memberitahukan kepada pembacanya model dari kuasa kemurkaan yang berasal dari hikmat orang yang marah. Petrus dijadikan contoh akan pengajaran yang diberikan Maria. Inilah yang kemudian saya pikir menjadi agenda dari penulis injil ini. Sang penulis ingin menunjukkan bahwa kuasa kemurkaan adalah seperti itu dan hal ini merupakan sesuatu yang lebih penting daripada penjelasan yang sederhana dan ringkas, entah lewat perumpamaan, tentang vision yang diterima Maria. Dengan demikian, bagian ini tidak terlepas dengan bagian sebelumnya. Penulis ingin mengkaitkannya. Protes dari Petrus dan Andreas hanyalah sebuah agenda yang menjadikan gerak atau logika injil ini terlihat lurus.
Kemudian Lewi melanjutkan pembelaannya dengan mengklaim bahwa Maria telah dipilih oleh sang Penyelamat sendiri untuk memberitakan ajaran-Nya. Dia telah membuat Maria berharga. Dia telah mengasihi Maria lebih daripada para murid lainnya. Dengan ungkapan ini mungkin saja sang penulis ingin mengkaitkan dengan Injil Yohanes mengenai murid yang dikasihi Yesus. Dalam koteks ini, Maria adalah murid yang dikasihi-Nya. Dengan demikian selesailah perdebatan. Tidak ada lagi perdebatan tentang vision yang diutarakan Maria. Para murid tidak bisa menolak ungkapan perasaan sang Penyelamat sendiri. Sang Penyelamat telah memilih dan memberikan ajaran terbaiknya kepada Maria. Selesai. Titik. Bagi yang tidak percaya pada Maria berarti tidak percaya pada sang Penyelamat. Maria memiliki kuasa lebih di sini karena ia-lah yang mengetahui segala kebenarannya, tidak ada saksi mata atau bukti lain selain dia. Saya pikir ini juga merupakan agenda untuk pemberitaan kuasa-kuasa yang merupakan isi vision Maria.
Kita harus berpakaian dengan pakaian Kemanusiaan yang sempurna, kita harus mendapatkannya bagi diri kita seperti telah diperintahnya. Ungkapan ini ingin mengatakan bahwa Anak Manusia telah ada bersama kita. Kita hidup bersama dengan-Nya. Mengenakan kemanusiaan yang sempurna merupakan suatu metafor untuk mengenali humanisme sempurna yang ada dalam diri seseorang. Kita harus mengenali Dia agar kita bisa bersatu bersama-Nya dan tidak menolak maupun protes atas perintah-Nya. Manusia harus percaya pada hukum-Nya dan bukan pada hukum pemerintah, Yunani. Lewi kembali mengajak untuk setia dan percaya pada ajaran sang penyelamat tanpa berpikir kritis dulu terhadapnya.
19:1-2 Penutup. Mereka pun keluar untuk mengajar dan berkhotbah. Hal ini merupakan pengulangan dalam kisah sebelumnya(8: 21-22). Alasannya adalah setelah mendengar ajaran sang Penyelamat pergilah tanpa banyak perkara untuk mengajar dan berkotbah.
Namun dalam bukti tertulis, Injil Maria dalam teks Kopt tertulis sebagai ‘mereka’ dan dalam teks Yunani tertulis sebagai tunggal ‘dia’. Maka menurut teks kopt, Lewi dapat memenangkan pikiran dan hati Petrus dan Andreas sehingga mereka sama-sama pergi mengajar dan berkotbah. Menurut teks Yunani, hanya lewi-lah yang pergi mengajar dan berkotbah. Petrus dan Andreas tetap bersitegang dengan Maria dan kurang menerima vision-nya.
Catatan Tambahan
Dalam kisah ini memang ada debat antara Maria dan Petrus. Namun sebenarnya debat atas ajaran sang penyelamat ini adalah antara Petrus dan Andreas vs Maria dan Lewi. Di sini Petrus dan Andreas hanyalah sebagai dua tokoh kunci yang membuka persoalan dan kemudian berbagai ajaran sang Penyelamat diulang dan ditekankan kembali oleh Maria dan Lewi. Tentu saja dalam hal ini Lewi memegang peranan penting karena dalam pembelaannya kepada Maria, Lewi memberikan pengajaran untuk percaya lewat Maria yang dikasihi-Nya dan yang tidak akan berbuat bohong karena ada ajakan untuk mengenakan pakaian kemanusiaan. Jadi peranan Lewi di kisah ini sama pentingnya dengan peranan Maria. Kisah dari Injil Maria ini ingin mengangkat dua orang tersebut dan menjadikan Petrus dan Andreas, rasul Yesus, sebagai batu lompatan saja.
Selain itu perdebatan antara Petrus dan Andreas vs Maria dan Lewi merupakan perdebatan klasik antara Kristen ortodox dan kristen gnostik. Karakter Maria dan Lewi dibuat lebih positif dari Petrus. Petrus dan Andreas mewakili pandangan dari ortodox serta Maria dan Lewi dari gnostik. Dengan begitu, kristen gnostik telah memperoleh porsinya dalam Injil Maria ini. Mereka mengklaim bahwa mereka telah menerima rahasia keselamatan secara pribadi lewat vision-vision. Dengan Injil Maria, kaum gnostik merasa lebih baik dari kaum ortodok.
Injil Maria ini sepertinya juga ingin mengangkat isu gender. Maria yang merupakan perempuan dalam Injil ini bisa memberikan pengajaran dan memiliki kuasa tersebut langsung dari sang Penyelamat. Situasi umum saat itu sepertinya hanya laki-laki yang memberikan pengajaran dan berkotbah. Pemberitaan kabar gembira oleh laki-laki dengan penuh keberanian dan darah. Hal ini bisa juga mengangkat perempuan untuk setara dengan laki-laki, bahwa perempuan bisa mengajar dan berkotbah dan bisa dikasihi oleh sang Penyelamat lebih daripada lainnya.
No comments:
Post a Comment