Wednesday, May 13, 2009

Debat antara Andreas dan Petrus vs Maria dan Lewi



17:10-20 Pertanyaan dari Andreas. “aku tidak percaya kalau sang Penyelamat telah mengatakan hal-hal ini, sebab sesungguhnya ajaran-ajaran ini adalah gagasan-gagasan yang aneh”. Sang Penyelamat adalah sebutan untuk Kristus Yesus. Pertanyaan Andreas ini merupakan respon atas Pengelihatan dan Pikiran yang didapat Maria dari sang Penyelamat. Maria mengutarakan pengetahuan yang dimilikinya yang berasal dari sang Penyelamat sebagai sebuah vision. Andreas menjadi tidak percaya karena Maria mengutarakan penglihatannya seperti sang Penyelamat sendiri. Ia sepertinya menyiratkan diri sebagai pengejawantahan dari sang Penyelamat. Maria mengambil peranan sang Penyelamat dan ini tidak disetujui Andreas. Maria dengan memainkan peranan Sang Penyelamat ia menjadi kendaraan yang dikenakan-Nya. Kendaraan untuk menyampaikan sabda-Nya kepada para murid-Nya atau kepada dunia. Peran maria di sini menjadi penting karena ia adalah sarana penyampaian sabda setelah kebangkitan sang Penyelamat.Keanehan ajaran yang dirasakan Andreas karena ajaran sang Penyelamat terkesan ‘baru’ dan ia sama sekali tidak memahami ajaran tersebut dengan baik, walaupun ia telah menjadi muridnya yang cukup baik. Ketidakpercayaannya hanyalah penolakan terhadap ajaran sang Penyelamat yang terkesan aneh. Hal ini tidak ada kaitannya dengan Maria sebagai pribadi, hanya isi ajaran-Nya. Jika maria mendapat posisi dalam diri sang penyelamat, ia membawa otoritas pengajaran Tuhan bersamanya. Karena hanya ia yang tahu dan memahami apa yang diajarkan sang Penyelamat. Pengajaran sang Penyelamat telah bersama dia, melalui dia, dan dibawanya. Maka jika pemikirannya demikian, tidak boleh ada penolakan atau protes terhadap ajaran Maria. Ketidakpercayaan Andreas menjadi tidak bisa diperdebatkan karena jawabanya hanya ada pada diri Maria.
Hal ini berlaku juga dengan Petrus. Namun, pertanyaan yang diungkapkan Petrus bukanlah pertanyaan esensial ajaran Yesus, seperti yang diperbuat Andreas, melainkan mempertanyakan pribadi Maria. Petrus mempertanyakan perihal gender dan juga status Maria dihadapan sang Penyelamat. “...berbicara kepada seorang perempuan secara pribadi tanpa sepengetahuan kita? ... Apakah dia memang lebih memilihnya daripada memilih kita?” Kemarahan Petrus lebih pada isu gender. Perempuan lebih diangkat dan diterima sebagai saluran pengajaran daripada Petrus, koordinator para rasul. Dalam injil ini Petrus dan Andreas dijadikan pribadi yang ‘buta’, yang sama sekali tidak tahu menahu akan pengajaran sang Penyelamat selanjutnya setelah kebangkitan-Nya. Respon Petrus dan Andreas terhadap penglihatan Maria adalah benar-benar tidak dapat dibenarkan, tidak sesuai, dan tidak tepat. Kejanggalan juga muncul di sini karena di beberapa bab sebelumya Petrus meminta Maria untuk memberikan pengajaran atas hal-hal yang belum mereka ketahui dan diketahui oleh Maria secara khusus dari sang Penyelamat. Petrus bertanya dan kemudian responnya tidak berbanding lurus. Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan perihal kepribadian Petrus.
18: 1-5 Jawaban Maria. Dua jawaban darinya, yaitu ‘menangis’ dan ‘mengatakan mengapa engkau tidak percaya?’ Tangisan bisa menjadi suatu ketidakstabilan dalam injil ini. Dalam kisah sebelumya Maria memberikan penghiburan bagi murid-murid yang menangis. Ia menjadi pribadi yang tegar. Namun di sini, Maria menangis dan bisa jadi Maria tidak benar-benar tegar karena ia belum siap dengan jawaban-jawaban yang akan muncul ketika ia mengutarakan penglihatannya. Seharusnya ia menjadi lebih tegar karena penglihatannya yang baru dan aneh haru didahului dengan sikap siap sedia berbicara, siap sedia ditolak. Kemudian secara sederhana tangisan Maria ini juga bisa diartikan karena setelah beberapa lama, para murid belum juga percaya dengannya. Maria menagis karena Petrus dan Andreas tidak mampu menangkap pesan yang ia sampaikan. Tangisan itu karena mereka tetap saja menjadi pribadi yang ‘lama’ dan tidak terbuka dengan yang lain. Juga bisa jadi tangisan ini sebagai naluri alamiah seorang perempuan ketika integritasnya dipertanyakan. Jika demikian, maka Maria adalah memang benar pribadi yang tidak stabil.
Apakah engkau beranggapan bahwa aku telah mengada-ada atau bahwa aku berdusta tentang sang Penyelamat?” Ini juga merupakan respon atas penolakan yang dilakukan Petrus dan Andreas. Respon kedua ini sekali lagi juga berbau ‘perempuan’ dan sama sekali tidak menjawab hal-hal esensial dari ajaran-ajaran yang diberikan sang Penyelamat lewat visionnya. Seharusnya Maria bisa menjawab tujuan dan maksud sang Penyelamat menyampaikan ajaran yang ‘aneh’ ini. Namun yang ia lakukan ternyata sebaliknya.
18:6-21 Jawaban Lewi atau dukungan lewi terhadap Maria. 7 ayat ini berisi tentang pembelaan Lewi terhadap Maria yang menangis. Kata-kata awalnya ditujukan kepada Petrus, sekali lagi pada pribadi Petrus sendiri, bukan pembelaan atas esensi pengajaran sang Penyelamat. Sepertinya ajaran sang Penyelamat sudah baku dan tidak ada yang mau berpikir kritis tentangnya kecuali Andreas. Lewi menuduh Petrus telah berlaku kasar kepada Maria. Lewi mengatakan kekeras-kepalaan Petrus telah membuat relasi yang seperti musuh. Bukan lagi relasi antar para sahabat sang Penyelamat. Petrus yang keras kepala di sini bisa saja dikaitkan dengan Petrus dalam tradisi Injil dimana ia adalah pribadi yang sembrono, suka tabrak menabrak, berbicara tanpa berpikir dulu, dan lain sebagainya yang bisa mendeskripsikan kepribadian buruk Petrus. Namun jika dikaitkan dengan Injil ini, kepribadian Petrus seperti ada dalam pengajaran atau vision Maria. Penginjil ini ingin memberitahukan kepada pembacanya model dari kuasa kemurkaan yang berasal dari hikmat orang yang marah. Petrus dijadikan contoh akan pengajaran yang diberikan Maria. Inilah yang kemudian saya pikir menjadi agenda dari penulis injil ini. Sang penulis ingin menunjukkan bahwa kuasa kemurkaan adalah seperti itu dan hal ini merupakan sesuatu yang lebih penting daripada penjelasan yang sederhana dan ringkas, entah lewat perumpamaan, tentang vision yang diterima Maria. Dengan demikian, bagian ini tidak terlepas dengan bagian sebelumnya. Penulis ingin mengkaitkannya. Protes dari Petrus dan Andreas hanyalah sebuah agenda yang menjadikan gerak atau logika injil ini terlihat lurus.
Kemudian Lewi melanjutkan pembelaannya dengan mengklaim bahwa Maria telah dipilih oleh sang Penyelamat sendiri untuk memberitakan ajaran-Nya. Dia telah membuat Maria berharga. Dia telah mengasihi Maria lebih daripada para murid lainnya. Dengan ungkapan ini mungkin saja sang penulis ingin mengkaitkan dengan Injil Yohanes mengenai murid yang dikasihi Yesus. Dalam koteks ini, Maria adalah murid yang dikasihi-Nya. Dengan demikian selesailah perdebatan. Tidak ada lagi perdebatan tentang vision yang diutarakan Maria. Para murid tidak bisa menolak ungkapan perasaan sang Penyelamat sendiri. Sang Penyelamat telah memilih dan memberikan ajaran terbaiknya kepada Maria. Selesai. Titik. Bagi yang tidak percaya pada Maria berarti tidak percaya pada sang Penyelamat. Maria memiliki kuasa lebih di sini karena ia-lah yang mengetahui segala kebenarannya, tidak ada saksi mata atau bukti lain selain dia. Saya pikir ini juga merupakan agenda untuk pemberitaan kuasa-kuasa yang merupakan isi vision Maria.
Kita harus berpakaian dengan pakaian Kemanusiaan yang sempurna, kita harus mendapatkannya bagi diri kita seperti telah diperintahnya. Ungkapan ini ingin mengatakan bahwa Anak Manusia telah ada bersama kita. Kita hidup bersama dengan-Nya. Mengenakan kemanusiaan yang sempurna merupakan suatu metafor untuk mengenali humanisme sempurna yang ada dalam diri seseorang. Kita harus mengenali Dia agar kita bisa bersatu bersama-Nya dan tidak menolak maupun protes atas perintah-Nya. Manusia harus percaya pada hukum-Nya dan bukan pada hukum pemerintah, Yunani. Lewi kembali mengajak untuk setia dan percaya pada ajaran sang penyelamat tanpa berpikir kritis dulu terhadapnya.
19:1-2 Penutup. Mereka pun keluar untuk mengajar dan berkhotbah. Hal ini merupakan pengulangan dalam kisah sebelumnya(8: 21-22). Alasannya adalah setelah mendengar ajaran sang Penyelamat pergilah tanpa banyak perkara untuk mengajar dan berkotbah.
Namun dalam bukti tertulis, Injil Maria dalam teks Kopt tertulis sebagai ‘mereka’ dan dalam teks Yunani tertulis sebagai tunggal ‘dia’. Maka menurut teks kopt, Lewi dapat memenangkan pikiran dan hati Petrus dan Andreas sehingga mereka sama-sama pergi mengajar dan berkotbah. Menurut teks Yunani, hanya lewi-lah yang pergi mengajar dan berkotbah. Petrus dan Andreas tetap bersitegang dengan Maria dan kurang menerima vision-nya.

Catatan Tambahan
Dalam kisah ini memang ada debat antara Maria dan Petrus. Namun sebenarnya debat atas ajaran sang penyelamat ini adalah antara Petrus dan Andreas vs Maria dan Lewi. Di sini Petrus dan Andreas hanyalah sebagai dua tokoh kunci yang membuka persoalan dan kemudian berbagai ajaran sang Penyelamat diulang dan ditekankan kembali oleh Maria dan Lewi. Tentu saja dalam hal ini Lewi memegang peranan penting karena dalam pembelaannya kepada Maria, Lewi memberikan pengajaran untuk percaya lewat Maria yang dikasihi-Nya dan yang tidak akan berbuat bohong karena ada ajakan untuk mengenakan pakaian kemanusiaan. Jadi peranan Lewi di kisah ini sama pentingnya dengan peranan Maria. Kisah dari Injil Maria ini ingin mengangkat dua orang tersebut dan menjadikan Petrus dan Andreas, rasul Yesus, sebagai batu lompatan saja.

Selain itu perdebatan antara Petrus dan Andreas vs Maria dan Lewi merupakan perdebatan klasik antara Kristen ortodox dan kristen gnostik. Karakter Maria dan Lewi dibuat lebih positif dari Petrus. Petrus dan Andreas mewakili pandangan dari ortodox serta Maria dan Lewi dari gnostik. Dengan begitu, kristen gnostik telah memperoleh porsinya dalam Injil Maria ini. Mereka mengklaim bahwa mereka telah menerima rahasia keselamatan secara pribadi lewat vision-vision. Dengan Injil Maria, kaum gnostik merasa lebih baik dari kaum ortodok.
Injil Maria ini sepertinya juga ingin mengangkat isu gender. Maria yang merupakan perempuan dalam Injil ini bisa memberikan pengajaran dan memiliki kuasa tersebut langsung dari sang Penyelamat. Situasi umum saat itu sepertinya hanya laki-laki yang memberikan pengajaran dan berkotbah. Pemberitaan kabar gembira oleh laki-laki dengan penuh keberanian dan darah. Hal ini bisa juga mengangkat perempuan untuk setara dengan laki-laki, bahwa perempuan bisa mengajar dan berkotbah dan bisa dikasihi oleh sang Penyelamat lebih daripada lainnya.

ABIMELEKH: Raja yang tidak Pantas menjadi Raja


Kisah dalam Hak 8:33-9:57 bercerita tentang Abimelekh yang menjadi raja dengan cara yang tidak biasa. Ia bukan pilihan YHWH, didukung hanya oleh warga Sikhem, dan juga bukan murni orang Israel. Kisah ini ingin menyampaikan kepada pembacanya untuk setia pada YHWH dan percaya bahwa ia akan memberikan pembebasan. Apa yang baik dan seharusnya dilakukan oleh YHWH, bukan oleh diri sendiri. Abimelekh dipilih oleh dirinya sendiri dan bukan YHWH.
Tema atau kunci teologi dalam kisah Abimelekh ini ada pada ucapan Yotam, orang yang selamat dalam teror Abimelekh (9:7-20). Ucapan Yotam merupakan suatu masalah yang tidak pernah selesai di dunia ini yaitu untuk mendapatkan orang baik untuk melayani masyarakat. Hingga sekarang ini pun, dunia sulit mendapatkan pemimpin yang baik dan merupakan pilihan Allah. Yotam memberikan dongen tentang pohon-pohon yang baik memutuskan untuk terus menghasilkan buah yang baik. Namun semak duri menganggap dirinya layak menerima kehormatan.Dalam dongeng ini Abimelekh digambarkan sebagai semak duri yang tidak pantas menjadi raja. Semak duri memiliki karakter membakar dengan cepat seperti Abimelekh memusnahkan anak-anak raja dan juga kota Sikhem.
Kisah Abimelekh ini tidak diterima dalam kisah Deuteronomi karena kisah ini tidak menceritakan kepahlawanan seorang Raja yang memang membela rakyatnya dengan didukung oleh YHWH. Kisah ini juga tidak mengikuti pola kisah-kisah dalam Deuteronomi, kecuali awal kisah ini atau akhir dari kisah Gideon yang menunjukkan dosa umat Israel yang kembali pada Baal.

Pembagian narasinya adalah sebagai berikut:
33-35 Narasi tentang Abimelekh ini berawal dari kematian Gideon, Raja Israel. Dengan kematiannya tersebut, Israel menjadi liar kembali atau menjadi dosa. Kisah kembali pada pola Deuteronomy yang berawal dari kedosaan Israel. Kembali ditegaskan dalam ayat-ayat ini, Israel menjadi lupa akan masa lalunya, sejarahnya yaitu penyelamatan bangsa dari penindasan bangsa Midian (9:17). Ia tidak ingat lagi akan kebaikan YHWH dan mengikuti kembali Baal-Berit. Karena tidak ingat lagi maka rasa terima kasih/syukur mereka juga tidak ada. Kematian Gideon telah melahirkan dosa bagi bangsa Israel. Kesuksesan Gideon ternyata tidak bertahan lama. Bangsa Israel sangat tergantung pada seorang pemimpin dan jika sang pemimpin tidak ada YHWH pun ditinggalkan. Bisa dikatakan tidak ada dasar yang kuat yang dibangun atas bangsa Israel yang menjadikan mereka tetap setia walaupun mereka mengalami penderitaan.
1-3 Abimelekh adalah anak dari Gideon, hakim terdahulu yang memang terkenal baik dan dipilih YHWH. Ibunya merupakan selir atau pelayan Gideon yang berasal dari Sikhem (8:31). Abimelekh berarti “Ayahku adalah Raja”. Dengan namanya itu ia berkehendak menjadi raja walaupun darah yang mengalir tidak murni darah biru. Ia menjadi raja karena hubungan dari ibu. Tapi Abimelekh hanya memerintah, tidak menjadi hakim (9:22), dengan cara yang sama sekali berbeda dengan ayahnya. Ia berkuasa selama 3 tahun dan selama itu pula ia didukung oleh saudara-saudaranya yang berasal dari Sikhem, atau keluarga dari pihak ibunya (9:2-3). Abimelekh merupakan penghasut yang ulung. Ia berbicara kepada para warga Sikhem dan mereka percaya kepadanya. Mungkin juga karena ia adalah orang Sikhem juga sehingga banyak orang berharap ada raja dari negrinya sendiri, walaupun tidak diketahui dengan baik kualitas raja yang dipilih mereka. Juga, Abimelekh merupakan anak dari Gideon sehingga warga bisa percaya juga bahwa Abimelekh memiliki darah Israel dan akan diberkati YHWH sehingga Sikhem akan selalu damai dan tentram. Mereka memilih satu orang dari Sikhem daripada 70 lainnya yang keturunan murni Israel. Keinginan para warga mungkin hanya satu yaitu mengharapkan Sikhem damai dan jaya. Abimelekh memberikan suatu janji dan mereka menerima janji tersebut. Dalam ayat-ayat ini tidak ada kata bahwa warga Sikhem dihasut dengan darah, melainkan mereka dihasut dengan berbagai propaganda dan jani-janji. Lagi pula saat itu warga sangat setia pada Baal dan Abimelekh berlindung dibawah Baal.
4-5 Dukungan awal yang ia terima dari warga Sikhem adalah rencana menyewa para preman untuk membantu membantai anak-anak dari ayahnya yang berjumlah 70 orang, namun satu selamat karena bersembunyi. Yotam namanya. Ia membantai di atas satu batu. Orang-orang yang membantunya dibayar dengan 70 uang perak dari kuil Baal-Berit (9:4-5). Di sini bisa ketahuan kualitas dari Abimelekh yang mencoba berkuasa dengan diawali darah. Keputusan menyewa para preman untuk membantu membantai pengeran-pangeran kerajaan adalah keputusan yang keji yang hanya memikirkan dirinya sebagai yang utama dan pantas. 1 kepala berharga 1 uang perak yang diambil dari kuil Baal-Berit. Murah sekali. Pembantaian menjadi jalan menuju kekuasaan. Tidak hanya itu, penghinaan terhadap YHWH atau pelanggaran terhadap janji YHWH menjadi jalan menuju raja. Pembantaian ini bukan merupakan bentuk korban persembahan kepada YHWH.
6 Atas pengaruh dari Abimelekh, warga kota Sikhem mengangkatnya menjadi raja. Namun sebenarnya, YHWH tidak menginginkan ini terjadi. Abimelekh tidak pernah masuk dalam daftar menjadi raja dalam kitab. Penempatannya dalam kisah kitab Hakim-Hakim karena kaitan dirinya dalam tradisi raja Gideon. Penobatan ini hanya keinginan warga Sikhem belaka. YHWH tidak memberkati, apalagi ia menjadi raja lewat pengaruh dari kuil Baal. Namun yang juga ironis adalah pentakhtaannya dilakukan di dekat pohon terbantin di tugu peringatan yang di Sikhem. Tempat ini adalah tempat bersejarah dan suci dimana tempat itu adalah milik Yakub dan ada batu kesaksian yang didirikan oleh Yosua. Pentakhtaan ini sama sekali tidak suci, tidak direstui YHWH. Ini hanyalah aktivitas manusia semata dan bukan berasal dari kehendak YHWH. Tempat pentakhtaan ini merupakan tempat bersejarah dan merupakan tempat terciptanya relasi antara manusia dan YHWH. Dengan adanya motif lain, aktivitas manusia yang tak terpuji, tempat ini menjadi hilang esensinya. Bisa dikatakan bahwa mata rantai simbolis YHWH dan manusia hilang karena ketidaksucian yang dibuat Abimelekh.
7-15 Dalam ayat-ayat ini, Yotam menggunakan suatu dongeng untuk menegur para pembantai yang mengangkat dirinya menjadi raja. Dongeng ini ia ucapkan di Gunung Gerizim seketika ia mendapatkan kabar penobatan Abimelekh menjadi raja. Ia mengajak warga kota Sikhem untuk percaya kepada dia dan kembali setia kepada YHWH. Ungkapannya disebut dongeng karena mengungkapkan suatu peristiwa yang dibayangkan bukan situasi yang nyata. Dalam dongeng tersebut permintaan menjadi raja oleh pohon-pohon yang baik ditolak dan semak duri yang merusak dan tidak menghasilkan memberanikan diri menjadi raja dengan permintaannya yang sama sekali tidak rendah hati “berlindunglah di bawah naunganku”. Hal ini menggambarkan tentang sulitnya mendapatkan pemimpin yang baik yang memiliki dasar menghasilkan buah, namun yang bersikap buruk malahan memberanikan diri menjadi raja. Yotam melihat ada perendahan nilai kerajaan, nilai kebenaran dan integritas. Kerajaam menjadi milik orang-orang yang tidak berkualitas. Yotam dengan dongeng ini menggambarkan kerajaan Abimelekh yang tidak akan bertahan lama karena dipimpin oleh raja yang tidak berkualitas menjadi raja, yang mampu, tanpa pikir panjang, membumihanguskan pohon-pohon lainnya. Dongeng ini ditujukan kepada para warga Sikhem dan bukan Abimelekh. Sepertinya ia takut secara langsung menegur Abimelekh.
16-21 Tentu saja Yotam tidak setuju dengan isi dongeng ini. Ia mengutuk dan membuat nubuat untuk warga kota Sikhem yang mengangkat Abimelekh menjadi raja. Dalam ayat 18 Yotam membuat perumpamaan yang keras dan kejam dengan mengatakan “budak perempuan”. Sepertinya Yotam ingin merendahkan Abimelekh dan keluarganya dengan mengambarkan mereka sebagai keluarga budak yang tidak memiliki derajat apa pun dalam dunia Israel. Budak tidak memiliki tempat di mata Allah. Ayat 20 sepertinya kutukan (atau nubuat) Yotam kepada warga kota Sikhem yang tidak setia lagi pada Yerubaal dan keturunannya, yang sudah melupakan peristiwa penyelamatan dari orang-orang Midian (17). Api atau amarah akan keluar dari masing-masing, Abimelekh dan warga kota. Pada hari penobatan mereka saling bersahabat namun ada suatu masa di mana mereka saling berperang. Yotam kemudian lari ke Beer dan dituliskan ia pergi karena takut pada saudaranya, yang mungkin akan membunuhnya juga. Ia tidak diterima di kota kelahirannya.
22-25 YHWH ternyata hanya memberikan waktu selama tiga tahun untuk Abimelekh memerintah Israel. Pemerintahan Abimelekh adalah kebencian Allah. Allah dengan kebencian-Nya ingin mengawali nubuat yang diutarakan Yotam sebagai balas atas pembantaian yang dilakukan Abimelekh. Ia membuat rakyat menjadi tidak setia yang akhirnya membuat pemerintahan Abimelekh berantakan. Itulah semangat jahat yang diberikan Allah. Warga Sikhem menjadi pemberontak terhadap rajanya. Ayat 25 menjadi awal pembalasan dendam oleh Allah terhadap pembantaian anak-anak Yerubaal. Warga Sikhem mengambil strategi seperti yang pernah dilakukan Abimelekh. Mereka juga menyewa para preman untuk menghadang dan membunuh Abimelekh di suatu puncak gunung. Tidak hanya itu, orang-orang yang berjalan melalui jalan tersebut dipalak dan dianiaya juga.
26-29 Kisah di atas dihentikan dan dilanjutkan dengan kisah yang baru mulai ayat 26. Ayat-ayat ini berkisah tentang usaha Gaal untuk memusnahkan kerajaan Abimelekh. Ayat 26 berkisah tentang kedatangan Gaal bin Ebed berserta saudara-saudaranya mengawali kehancuran pemerintahan Abimelekh. Gaal bin Ebed berarti “anak pelayan atau budak”. Namun, juga bisa dipertanyakan mengapa “anak budak” ini dipercaya oleh warga Sikhem, padahal ia baru datang dan tidak memiliki pengalaman atau pergaulan yang luas dengan warga Sikhem. Ia hanya seperti perantau pada umumnya yang kemudian tinggal di Sikhem. Mungkin juga ia adalah orang yang kuat dan berani yang menurut warga Sikhem orang ini mampu mengalahkan Abimelekh. Gaal dan saudara-saudaranya bisa jadi sekelompok preman yang singgah di Sikhem. Kemudian kisah mengarah ke aktivitas warga Sikhem di ayat 27. Mereka ke ladang dan memanen hasil kebun mereka. Mereka melakukan suatu pesta dan ucapan syukur dengan makan dan minum di kuil Baal. Dalam pembicaraan (ayat 28) mereka mengutuk raja mereka, Abimelekh, dengan dengki dan amarah. “Siapa itu abimelekh? Mengapa kita menjadi hambanya?” Ia juga menghasut warga agar memihaknya. Sepertinya model ini sama seperti yang dilakukan Abimelekh, yaitu dengan menggunakan tameng keturunan ‘orang Hemor’. Dalam ayat 29 sepertinya semakin menguatkan warga kalau Gaal mendukung rencana mereka untuk menghancurkan Abimelekh. Dalam ayat ini ia menantang Abimelekh “...dalam tanganku...aku mengenyahkan Abimelekh.” Suatu ungkapan yang keras namun disukai warga Sikhem.
30-33 Ayat 30 kisah mengarah ke Zebul, wakil Abimelekh yang setia. Ia mengetahui rencana Gaal dan ikut marah karena rencana itu. Hasutan Gaal berhasil namun ketahuan oleh Zebul, wakil Abimelekh yang setia, yang telah berusaha menunda dan mengalihkan usaha pemberontakan yang dipimpin Gaal. Kesetiaannya membuat ia harus memberitahukan kepada Abimelekh sehingga ia memintanya untuk memulai perang dengan Gaal “bersama-sama melakukan penghadangan.... haruslah engkau menyerbu kota itu...” Tanggapan Zebul ini sepertinya terlalu dini dan penuh darah. Ia tidak mau tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana menstrategikan untuk menyelesaikannya. Mungkin ini juga semagat jahat dari Tuhan, pedang dilawan pedang antara Abimelekh dan warga kota. Dalam surat Zebul ia meminta untuk menghancurkan warga kota dan Gaal tanpa ampun, di pagi hari siapa yang melawah harus dibunuh. Amarah dilawan dengan amarah dan hasilnya adalah darah.
34-38 Ayat-ayat ini adalah ayat yang dinamis, ada dialog dan aksi-aksi yang menarik sebagai suatu narasi. Bagian ini saya sebut sebagai awal perang antara Abimelekh dan Gaal. Abimelekh datang menyambut surat dari Zebul dan Gaal bersiap di dalam kota. Ayat 36-38 adalah ayat yang menarik antara Gaal dan Zebul. Entah dialog ini sebagai tipuan perang atau kenyataan yang ada. Yang jelas, zabul merasa amat marah dan memaksa Gaal untuk langsung berperang. Abimelekh datang ke kota juga dengan empat pasukan yang akan berperang dari empat penjuru. Dalam hal ini tentara Abimelekh lebih besar dan penuh senjata.
39-41 Perang dimulai. Abimelekh berhadapan dengan Gaal, namun Gaal melarikan diri sehingga Abimelekh terpaksa mengejar Gaal. Narasi ini memiliki kesan menarik dan penuh aksi, namun ayat 41 masuk dan mengurangi kesan atraktif peperangan antara Abimelekh dan Gaal. Saya rasa ayat 41 tidak searah dengan peperangannya dan hanya informasi belaka. Pembaca kecewa dengan adanya ayat 41 ini.
42-45 Esok harinya peperangan tambah besar. Abimelekh membunuh hampir semua warga Sikhem. Berarti ia membunuh saudara-saudaranya. Tega sekali. Ia membunuh orang-orang yang ada di pintu gerbang dan di ladang. Ayat 45 terdengar sangat kejam. Ia masuk kota, merebutnya, dan membunuh orang-orang yang ada di dalamnya. Ia merobohkan kota dan menaburinya dengan garam. Namun sekali lagi, tindakan Abimelekh salah. Ia sama sekali tidak memahami strategi memerintah atau berperang. Ia menghancurkan kota dan juga isinya, warga Sikhem, bahkan lahan yang tadinya subur ia jadikan tandus dengan ditaburi garam. Ada dua tindakan buruk yang dilakukan Abimelekh yaitu membumihanguskan kota dan menaburi lahan dengan garam. Hal ini menyebabkan kota menjadi mati tak berpenghuni dan luluh lantah serta tanahnya tandus. Kemarahan Abimelekh tidak hanya singkat melainkan berpengaruh turun temurun. Israel tidak akan mendapatkan kebaikan dan kesuburan lagi karena Abimelekh telah memusnahkan “tanah” yang memang penting bagi bangsa Israel. Tanah untuk mereka tinggal dan kemudian melajutkan pengabdian dan penghormatannya pada YHWH. Kemarahan Abimelekh bukan hanya kemarahan pada pemberontaknya melainkan pada YHWH. Mungkin ia berharap dengan dua tindakannya itu YHWH tidak akan lagi disembah karena tidak ada orang atau tanah yang baik dan subur yang menjadi tawaran memuji YHWH.
46-49 Bagian ini bisa dikatakan sebagai kekejian Abimelekh. Amarahnya yang membabi buta tidak pantas dilakukan sebagai seorang raja. Ia membunuh semua penduduk Menara-Sikhem. Pembunuhan bagi Abimelekh tidak pernah selesai. Ia keji dan biadab, tidak memikirkan akan masa depan kerajaan dan juga keturunannya. Yang ia bunuh adalah saudaranya sendiri. Semangat jahat dari YHWH membutakan mata hati abimelekh sehingga segala yang ia lakukan menjadi legal. Siapa yang membencinya harus dibunuh. Kemudian pembumihangusan kota tidak memandang yang setia dan tidak. Ia membunuh semuanya saja dan tidak membedakan satu sama lain. Jadi, bisa saja ia juga membunuh orang-orang yang setia padanya. Ia memang biadab dan tanpa ampun. Hal ini seperti yang diungkapkan Yotam. Api akan memusnahkan warga Sikhem.
50-51 Abimelekh kemudian melanjutkan pengepungan di tebes. Di tebes, ia juga melakukan hal yang sama yaitu ia berusaha membakar menara benteng kota. Padahal menara tersebut termasuk kuat namun Abimelekh tetap saja ingin menghancurkannya. Amarahnya tidak pernah padam. Tujuannya adalah membunuh orang. Jika ia pintar bisa saja ia membuat perjanjian dengan warga kota yang sudah lemah dan sepertinya menyerah untuk membangun kembali kerajaannya. Dalam hal ini Abimelekh memang bukan seorang raja yang cerdas, yang pandai membuat strategi pemerintahan.
52-55 Namun ternyata usahanya digagalkan oleh seorang perempuan yang melemparkan batu ke kepalanya hingga pecah (9:53). Disinilah akhir amarah dan kebejatan Abimelekh. Hanya seorang wanita yang bisa menghentikannya. Ia akhirnya meminta pembawa senjatanya untuk menikam dia hingga mati agar tidak ada sejarah yang menmberitahukan ia dibunuh oleh seorang wanita. Dengan demikian ia mati secara pahlawan. Dengan kematiannya, Israel menjadi damai kembali. Peristiwa kematiannya ini seperti yang diberitakan Yotam atau ada dalam kutuk Yotam (9:20). Kematian Abimelekh juga sangat tidak diduga. Tanpa ada perlawanan yang keras dan membabi buta ia mati dengan batu yang memecahkan kepalanya. Perempuan yang lemah ternyata mampu menghilangkan nyawanya. Kelemahan memusnahkan kekuatan Abimelekh. Kemurnian memusnahkan kedegilan. Kelemahlembutan memusnahkan kekerasan hati.
56-57 Dengan demikian Abimelekh bukanlah pengantar rahmat Allah, hanya seorang peninas, bukan pemimpin, hanya pembantai umat Israel. Abimelekh membawa Israel pada suatu peperangan, bukan situasi penuh rahmat. Kematian Abimelekh adalah kuasa Allah, Allah membawa damai di Israel dengan menghentikan Abimelekh lewat perang antar amarah (api) seperti yang diutarakan Yotam. Inilah kisah orang-orang yang setia pada Baal, bukan YHWH.

Catatan Tambahan

Sepertinya tidak mudah menuliskan pola narasi dalam kisah Abimelekh ini. Kisah Abimelekh menjadi Raja tidak selurus kisah yang ada di hakim-hakim lainnya. Empat unsur yang biasanya melukiskan pola narasi kitab hakim-hakim menjadi sulit diterapkan di kisah Abimelekh ini. Namun, di bawah ini akan dituliskan empat unsur/pola narasi yang ada dalam kisah Abimelekh.

Dosa → Israel meninggalkan YHWH, Israel kembali pada Baal dan melupakan masa indah, penyelamatan, bersama YHWH. Masa Gideon telah usai dan dilanjutkan oleh Abimelekh yang menjalankan pemerintahan dengan sembarangan yang didasari pembunuhan dan ketidakadilan. Pemilihan Abimelekh bukan atan nama YHWH, namun atas nama warga Sikhem sendiri. Walaupun begitu, Abimelekh ingin kelihatan seperti orang pilihan YHWH dengan dimahkotai di dekat pohon terbantin di tugu peringatan yang di Sikhem. Abimelekh menjadi raja karena ia memusnahkan 69 anak-anak Gideon. Ia menyewa para preman dan membayarnya dengan uang dari kuil Baal.

Hukuman → YHWH yang awalnya diam kemudian aktif bergerak untuk memusnahkan pemerintahan Abimelekh. Ia memberikan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem. Amarah ini berlangsung terus hingga warga kota Sikhem hampir habis. Kota Sikhem dibakar dan lahannya menjadi tandus. Rusaknya tanah merupakan wujud rusaknya persahabatan/kesuburan antara Israel dan YHWH.

Tobat → pola ini sebenarnya ada pada 9:7-21 yaitu pada ungkapan kemarahan Yotam. Yotam yang berarti “YHWH itu sempurna” bisa dikatakan sebagai nabi. Ia pergi ke Gunung Gerizim dan berteriak kepada bangsa Israel untuk kembali setia kepada YHWH. Yotam bernubuat (kutuk) kepada orang-orang Sikhem dan Abimelek bahwa mereka akan musnah oleh api. Hal ini sebagai pembalasan atas pembunuhan secara keji anak-anak Gideon. Yotam dalam hal ini bernubuat tentang pembebasan. Pertobatan muncul dalam diri Yotam sehingga Allah berpihak pada Yotam dan mengenyahkan Abimelekh dan saudara-saudaranya.

Penyelamatan → dalam pola ini YHWH sendiri berperanan menyelesaikan masa pemerintahan Abimelekh. Tiga tahun cukup. YHWH memberikan semangat jahat di antara warga Sikhem yang akhirnya membuat mereka tidak setia pada Abimelekh (9:23). YHWH sendiri di sini berperanan sebagai Raja Israel membawa pembebasan untuk membalas pembunuhan secara keji anak-anak Gideon. Gaal yang berarti kebencian/kemarahan/ keengganan mengumumkan dirinya sebagai penguasa dan membuat Abimelekh khawatir. Ia akhirnya membakar Sikhem dan Tebes dan menjadikan lahannya tandus. Amarah Abimelekh diselesaikan dengan pelemparan batu ke kepala Abimelekh oleh seorang perempuan dan dihunusnya Abimelekh oleh bujang pembawa senjatanya. Kematian Abimelekh menjadikan Israel damai kembali dan akhirnya dipilih lagi Hakim yaitu Tola bin Pua bin Dodo (10:1).

Abimelekh adalah raja yang tidak pantas menjadi raja. Ia memerintah dengan sembarangan dan tidak pernah memikirkan rakyatnya. Ia membunuh semua rakyatanya. Ia juga bukan pilihan YHWH dan juga bukan keturunan murni Israel. Ada tiga hal yang dapat menjelaskan pernyataan ini:
 Abimelekh, digambarkan seperti semak duri, merupakan orang yang keliru menjadi raja. Ia tidak memberikan keamanan dan keselamatan pada rakyatnya. Ia membakar rakyatnya sendiri. Ia mengawali pemerintahan dengan “kudeta” membunuh anak-anak Gideon dengan dibantu atau menyewa para preman atau petualang yang ada saat itu. Ia menjadi raja karena faktor kekuatan otot bukan strategi dan rahmat YHWH.
 Orang-orang Sikhem, termasuk Abimelekh, tidak bertindak “dalam iman dan kesetiaan murni” (9:15-16,19). Orang-orang Sikhem bertindak membanggakan sukunya sendiri (9:3) dan melupakan atau tidak peduli pada penyelamatan semasa Gideon (9:16-18). Peranan YHWH tidak dipedulikan.
 Dengan Abimelekh menjadi raja, Sikhem membelot dari YHWH. Pembelotan ini oleh YHWH diselesaikan dengan pemusnahan kota (9:20), muncul semangat jahat yang menjadikan orang-orang tidak setia pada Abimelekh (9:24), penhadangan dan perampasan (9:25, 34-35, 43), pemberontakan (9:26-29), pembantaian (9:43-45), dan pemusnahan (9:45).
Secara umum, Abimelekh melakukan tidakan ini karena berkat dari Baal dan didukung oleh para preman. Di tanah terjanji, buah yang buruk merupakan hasil dari pemujaan Baal. Penyembahan dan pengorbanan pada Baal memberikan motif dan dasar imoral dari kebangkitan Abimelekh (8:33). Segala yang dilakukan Abimelekh merupakan penodaan YHWH yang memang tidak ingin melihat sejarah Israel, yang telah memberikan berbagai penyelamatan. Segala yang berasal dari Baal adalah penindasan, pemberontakan, pemusnahan, kekerjaman, dan keruntuhan luar biasa.
Pemerintahan abimelekh merupakan hasil dari inisiatifnya sebagai seorang preman. Lewat tipu daya, kekerasan, dan darah, pemerintahan Abimelekh tidak akan diterima YHWH. Apalagi ia menobatkan dirinya sendiri seperti ia adalah orang pilihan YHWH di dekat pohon terbantin. Maka dalam hal ini pemerintahan Abimelekh adalah pemerintahan yang tidak sah. YHWH tidak akan menolong bangsa ini dan mau tidak mau Abimelekh hanya bisa berperang dengan kekuatannya sendiri atau dengan tentaranya. Allah tidak akan memberikan kekuatan untuk menolong pada Abimelekh. Keamanan kerajaan Abimelekh tergantung diri sendiri, berbeda dengan keamanan pada masa Gideon di mana YHWH juga menjadi penjaganya. Abimelekh dalam Deuteronomi dicerca dan dihina karena tidak setia pada YHWH. Ia melakukan hal yang tidak sepantasnya sehingga ia tidak bisa disebut sebagai raja/hakin Israel. Namun oleh Deuteronomi ia dianggap sebagai pemimpin Israel setelah Gideon di mana masa pemerintahannya adalah masa kedosaan.

Pemerintahan yang berdasarkan kekerasan atau darah tidak akan menghasilkan buah. Pemerintahan model Abimelekh ini tidak mendasarkan diri pada apa yang menjadi keprihatinan rakyat dan YHWH. Jika YHWH berkenan, pasti keprihatinan akan terselesaikan. Keadilan akan ditegakan dan model pemerintahan ini tidak akan bertahan lama. Dalam kisah ini bisa dikatakan pedang dibalas dengan pedang. Itulah keadilan pada saat itu. Namun dalam kisah ini, Abimelekh berperang tidak hanya melawan orang yang menolak dia melainkan juga terhadap YHWH.

Kepemimpinan pada masa Hakim-Hakim selalu jatuh pada dosa. Abimelekh adalah kasus yang berdosa sangat berat dan besar. Ia hanya ingin memimpin dan tidak bertugas mengatur rakyat atau mejadi hakim. Memang dalam kisah hakim-hakim, umat Israel selalu saja jatuh pada dosa dan ingin melawan YHWH. Ketidakteraturan ini merupakan awal hadirnya atau sebagai refleksi hadirnya masa raja-raja. Abimelekh memang preman yang keterlaluan. Bisa dikatakan ia adalah ateis praktis. YHWH yang berkuasa atas langit dan bumi diacuhkan dan masa depanNya tidak lagi dipikirkan dengan membumihanguskan kota dan mentanduskan lahan. YHWH ia lawan dengan nekat dan ngotot. Adalah suatu kebodohan melawan kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar darinya.

Model politik Abimelekh atau kudetanya masih digunakan hingga saat ini dalam mencari posisi kekuasaan dengan cara mudah dan cepat. Orang yang ingin menjadi pemimpin menghasut rakyat untuk percaya dan setia pada dirinya dan kemudian menghancurkan atau membunuh orang-orang yang akan menghambat lajunya ke pintu kekuasaan. Pemimpin ini hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak mau repot untuk mengurusi kesejahteraan rakyat. Ketika ia memerintah ia hanya korupsi untuk kepentingan pribadi dan kemudian rakyat yang hancur, rumahnya porak poranda dan lahan kerjanya kering kerontang. Ini adalah pemimpin yang dipilih oleh Baal, semangat jahat yang ingin menghancurkan dunia.

Allah digunakan sebagai alat untuk berpolitik. Itu adalah kesalahan. Allah adalah sumber politik dan Ia tidak bisa dimanfaatkan untuk menghasut rakyat. Di zaman sekarang ini hal ini sering terjadi dan membuat banyak orang tertarik untuk memilih partai yang menggunakan nama Allah, bahkan tak jarang orang-orang berpolitik dengan menggunakan simbol-simbol keagamaan. Bisa dikatakan ini menghojat nama Allah.

Friday, May 1, 2009

Happy May day


Hope everything in good for workers

Mengangkat Martabat kaum Buruh (Manusia) Sebagai Citra Allah.


Human persons are willed by God; they are imprinted with God's image.
Their dignity does not come from the work they do, but from the persons they are.
(John Paul II: The Hundredth Year # 11)

Ketidakadilan struktural yang muncul dari kapitalisme liberal telah merusak jiwa manusia. Hal ini menghasilkan suatu penyangkalan akan dimensi transendensi dalam diri manusia, bahwa dirinya tercipta sebagai citra Allah. Paham ini mempersempit pemahaman manusia hanya pada kepentingan, sehingga pribadi manusia hanya ditempatkan sebagai sarana bagi tujuan serta kepentingan egoistis pribadi ataupun kelompok. Karena itu, bukan kebenaran dan martabat pribadi manusia sebagai insan sosial, yang dibangun, melainkan kepentingan dan paham mengenai manusia dan kehidupan yang sempit dan keliru. Manusia telah kehilangan jati diri pribadinya sebagai citra Allah, umat yang sangat dikasihi Allah dalam kerahiman-Nya .Pribadi manusia adalah seorang homo oeconomicus. Aktivitas manusiawi, yang mewujud dalam kerja, menemukan dasar dan sumbernya pada realitas penciptaan serta penyelamatan, sebagaimana dinyatakan lewat hidup serta karya Yesus Kristus. Kerja bukan hanya suatu aktivitas objektif untuk menghasilkan sesuatu secara produktif, tetapi suatu perwujudan dan pernyataan martabat diri pribadi. Kerja adalah membangun kehidupan. Karena itu, kepentingan kerja jauh lebih penting daripada kepentingan kapital, yang baginya adalah sarana atau alat belaka .
Kerja adalah kunci persoalan-persoalan sosial, bahkan menjadi tanda dasariah dimensi kehidupan umat manusia di dunia. Oleh karena itu, persoalan dunia kerja, dan perwujudan diri pribadi sebagai homo oeconomicus, tidak bisa hanya dipersempit sebagai perkara teknik belaka, seakan-akan diri diri manusia bagian dari mesin kerja atau mekanisme ekonomi belaka. Pribadi manusia adalah subjek kerja, bukan objek. Karena itu, kerja merupakan merupakan dimensi fundamental bagi keberadaan manusia di dunia ini, bahwasanya dia hidup dengan bekerja, dan apa yang dikerjakannya membentuk martabat dirinya .
Karena itu, persoalan dunia kerja dan kehidupan ekonomi jangan hanya dipersempit sekadar dihadapi dengan pendekatan teknis, dengan menanggalkan aspek etis di dalamnya. Tanpa nilai moral dan etika, martabat manusia tidak akan mendapatkan penghargaan layak, sehingga manusia terjepit dalam kepentingan kapital dan industri yang bergerak dalam prinsip ekomonisme dan materialism. Dasar nilai dari kerja adalah pribadi manusia itu sendiri, bukan kepentingan yang lain.
Benang merah seluruh Ajaran Sosial Gereja adalah pengertian yang saksama tentang pribadi manusia karena nilainya yang istimewa. Sebab “di dunia, manusia itu satu-satunya ciptaan, yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri (lih. GS 24). Sebab dalam diri manusialah Allah telah memahat gambar-Nya sendiri (bdk. Kej 1:26). Kepadanyalah Allah mengurniakan martabat yang tiada bandingnya” (CA 11). Konsili juga menekankan sikap hormat terhadap manusia, sehingga setiap orang wajib memandang sesamanya, tak seorangpun terkecualikan, sebagai “dirinya yang lain,” terutama mengindahkan perihidup mereka beserta upaya-upaya yang mereka butuhkan untuk hidup secara layak (Yak 2: 15-16) (GS 27).
Buruh adalah orang yang menjual tenaganya demi kelayakan hidupnya dengan upah yang diperoleh. Mereka tidak memiliki sarana atau factor produksi selain tenaganya sendiri. Mereka adalah sumber daya manusia yang diperlukan dalam produksi selain pengusaha dan pemilik modal. Sebagai manusia, mereka adalah citra Allah yang memiliki martabat yang sama dengan pengusaha dan pemilik modal. Dalam GS 12;3, dikatakan, “Adapun KS mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah, ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya , oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua makluk di dunia ini untuk menguasainya dan menggunakanya sambil memuliakan Allah. Manusia tidak diciptakan seorang diri (kej 1,27). Hal ini menunjukkan, bahwa dari kodratnya yang terdalam manusia bersifat social dan tak dapat hidup seorang diri. Demikianlah seharusnya manusia saling menghargai dan mengasihi sebagaimana dikehendaki Sang Pencipta. Majikan yang kaya hendaknya jangan memperlakukan para buruh sebagai budak-budaknya, melainkan harus menghormati mereka yang martabat pribadinya sederajat dengannya (RN.17)
Bertolak dari pengalaman live in, buruh mendapat perlakuan yang tidak adil dari majikan dan martabat mereka tidak dihargai sebagaimana mestinya. Kaum buruh diperalat semata-mata untuk manarik keuntungan (GS.27) dan mereka banyak terombang-ambingkan oleh nasib malang, serba lumpuh menghadapi kenyataan penderitaan yang amat menyedihkan (RN.2). Padahal mereka memiliki hak-hak dan kewajiban yang seharusnya diperlakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan aturan-aturan yang ada (Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 dan……….yang berisi: upah yang adil, tunjangan untuk kesejatteraan, hak istirahat dll)
Persaudaraan sejati

Manusia dalam berelasi dengan sesamanya, mendambakan relasi yang seimbang yang dibangun atas dasar cinta dan kasih, tanpa prasangka juga tidak ada perbedaan latar belakang, budaya, status sosial maupun agama. Khusus dalam relasi kerja kaum buruh berharap agar mereka tidak dijadikan/dianggap hanya sebagai alat produksi yang mendatangkan keuntungan besar bagi para majikan maupun pihak tertentu.
Berpangkal pada pengalaman (kerja sebagai buruh kecil) kami menemukan ada hal-hal yang tidak adil karena sistem yang diterapkan oleh pemilik perusahaan sangat tidak menguntungkan para buruh. Berhadapan dengan kenyataan seperti itu, sebagai umat beriman kristiani tergerak untuk terlibat secara langsung di tengah kaum miskin (buruh).
Pilihan mendahulukan kaum miskin untuk mewujudkan cinta kepada sesama, karena mengasihi/ mencintai sesama berarti menjadi sesama bagi orang yang tak berdaya dan tanpa pertolongan. Pilihan mendahulukan orang miskin bukanlah pilihan mengecualikan orang kaya dari rencana penyelamatan Allah. Berkaitan dengan hal ini, hidup Yesus sendiri maupun jemaat telah memberi teladan untuk kita. Sebagai contoh; Zakeus yang kaya berjumpa dengan Yesus dan mengubah hidupnya (Luk 19:1-10). Pilihan mendahulukan orang miskin merupakan sikap dan tindakan mengikuti Yesus yang memaklumkan kerajaan Allah. Pemakluman itu merupakan suatu undangan untuk siapa saja agar terjadi persaudaraan diantara semua orang, dimana jurang antara yang kaya dan miskin dijembatani, dimana tidak ada lagi pemeras dan diperas, penindas dan yang ditindas. Dalam Kis 4:32-34 menunjukan munculnya masyarakat baru, masyarakat penuh persaudaraan, dimana jurang antara yang kaya dan yang miskin di atasi. Orientasi dan kesetiakawanan terhadap orang miskinlah persaudaraan semua orang dibangun, keselamatan yang datang dari Allah hadir. Pilihan kita mendahulukan kaum miskin dengan demikian berakar pada Allah sendiri, Allah itulah yang memilih dan meyelamatkan.

“Bersama Yesus yang bangkit, Umat beriman Kristiani dipanggil untuk terlibat mengangkat martabat kaum buruh sehingga terwujudlah persaudaraan sejati”


Lewat tesis ini, kami ingin mewartakan kabar gembira bagi orang miskin “Roh Tuhan ada di atas-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin” (Luk 4:18). Keberadaan Yesus di dunia ternyata telah membangkitkan suatu gerakan, yang pusatnya tetap pada Dia sendiri. Yesus yang hidup, wafat, dan bangkit memberikan gerak kehidupan pada manusia untuk terus menuju pada Allah. Inilah keselamatan yang ditawarkan Allah. Yesuslah memimpin manusia untuk sampai pada keselamatan. Yesus adalah pemimpin manusia, bahkan sesudah kematian-Nya. Bersama Yesus yang bangkit, kami mau mengatakan bahwa peristiwa kebangkitan tidak mau melupakan peristiwa keselamatan di dunia. Apa yang terjadi dalam sejarah keselamatan ingin diungkap dalam keselamatan dalam sejarah. Dalam dunia sekarang ini, Yesus tetap berperanan dengan memberikan Roh kasih-Nya “Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor 4:17).Kebangkitan Yesus adalah suatu peristiwa yang menggerakan umat manusia agar tetap setia pada Bapa, karena bersama Yesus hadir keselamatan. Apa yang telah dikerjakan bagi Yesus bagi kita harus tetap kita jaga sedemikian rupa di dunia ini. Maka adalah suatu tanggung jawab manusia (Gereja) untuk menjaga kelangsungan sejarah keselamatan Allah. Jangan sampai dunia jatuh pada yang jahat, dunia menjadi neraka di bumi. Manusia bersama dengan Yesus yang bangkit diajak untuk berkerja sama dengan Allah dalam dunia-supaya kita semua dibangun sampai ke dalam kepenuhan Kristus. Maka, bersama Kristus yang bangkit kami tidak ingn melupakan peristiwa yang sudah terjadi dalam sejarah dengan peristiwa kontekstual yang kami alami. Yesus masih hadir bersama kami, dengan salibnya, untuk menyelamatkan semua orang, terutama yang miskin dan tertindas, dan kami dipanggil bersamanya untuk meneruskan dan melangsungkan keselamatan di dunia ini yang terikat pada ruang dan waktu.

Umat beriman Kristiani

Menurut KHK kanon 204, yang dimaksud sebagai Umat beriman Kristiani adalah semua orang yang telah menerima sakramen baptis dan dengan itu dipersatukan dengan pribadi Yesus Kristus dan secara bersama-sama membentuk suatu paguyuban atau persekutuan orang beriman yang disebut umat Allah . Salah satu unsur yang tidak dapat dilepaskan dalam hal ini adalah penerimaan Sakramen baptis. Melalui penerimaan sakramen baptis, orang- dengan caranya sendiri-sendiri- berpartisipasi dalam tugas Kristus sebagai imam (munus sanctificandi: fungsi pengudusan), nabi (munus docendi: fungsi pewartaan dan pengajaran) dan raja (munus pascendi aut regendi : fungsi penggembalaan atau kepemimpinan). Dengan baptisan yang bersangkutan dipanggil untuk mengemban tugas perutusan yang diserahkan Allah kepada Gereja. Tugas perutusan ini mesti dilaksanakan di dunia ini menurut keadaan khas masing-masing pribadi.
Oleh karena itu, perlulah disadari bahwa Umat beriman Kristiani, melalui baptisan bekerjasama membangun Tubuh mistik Kristus. (LG 7). Dalam tubuh tersebut hidup Kristus dicurahkan ke dalam umat beriman. Melalui sakramen baptis, Umat beriman Kristiani menjadi serupa dengan Kristus : “Karena dalam satu roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh.” (1Kor 12:13). Berkat baptisan, Keserupaan dengan Kristus ini terwujud dalam sebuah persekutuan yang mesra dalam wafat dan kebangkitanNya; diperkenankan memasuki misteri-misteri hidupNya, disamakan denganNya, hingga ikut memerintah bersama denganNya (bdk. Flp 3:21; 2Tim 2:11; Ef 2:6; Kol 2:12). Selama masih mengembara di dunia, dan mengikuti jejakNya, dalam kesusahan dan penganiayaan, kita digabungkan dengan kesengsaraanNya sebagai Tubuh dengan Kepala; kita menderita bersama denganNya; supaya kelak ikut dimuliakan bersama denganNya pula (bdk. Rom8:17).


Dipanggil Untuk Terlibat

Dipanggil menunjukan suatu dinamika gerakan timbal balik. Ada suatu keadaan yang menyebabkan atau memberikan rangsangan atau panggilan kepada subyek untuk menanggapi panggilan ini dan subyek menanggapi panggilan itu. Dalam hubungan dengan kemiskinan, realitas kemiskinan ini menjadi suatu keadaan yang memanggil kaum beriman kristiani untuk menanggapi panggilan itu. Tanggapan terhadap panggilan itu diwujudkan dengan keterlibatan kaum beriman kristiani dalam realitas kemiskinan itu.
Tanggapan ini bukan merupakan suatu tanggapan tanpa dasar melainkan sebagai hasil dari sebuah refleksi iman kristiani terhadap realitas kemiskinan itu. Bagi orang kristiani realitas kemiskinan mengahadirkan Allah sendiri; dalam diri orang miskin Allah yang maha kaya itu hadir secara nyata (bdk Mateus 25:31-46; Filipi 2:1-11) dan Allah adalah pembela kaum miskin.
Gereja sebagai sakramen Yesus Kristus dipanggil untuk terlibat dalam dan bersama kaum miskin untuk membawa pembebasan. Panggilan Gereja untuk terlibat dalam relaitas kaum miskin didasari oleh tugas perutusan Yesus Kristus sendiri yang Ia terima dari Allah Bapa“...Untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku.”(Lukas 4:18-19). Dalam tradisi Gereja Kristen para pemimpin Gereja dan beberapa orang dalam Gereja telah menunjukan tanggapan ini dalam berbagai refleksi, seruan dan tidakan karitatif mereka. Lebih dari pada seruan para pemukan ini Gereja secara institusi juga menyatakan suatu tanggapannya terhadap realias kemiskinan dan orang miskin; Gereja berkarya bagi semua orang tetapi secara khusus bagi orang miskin (bdk .LG.8, GS.42,AA.8, AG.12) dan dalam Ajaran sosial Gereja misalnya dalam Rerum Novarun. Dalam RN, Paus LeoXIII menanggapi masalah kaum buruh dan mengusulkan 3 pemecahan masalah kemiskinan ini dengan melibatkan Gereja, pemerintah, dan majikan dan buruh.
Selain atas dasar iman panggilan ini juga berdasarkan pada nilai kemanusiaan yang hakiki bahwa manusia adalah mahkluk yang bermartabat. Realitas kemiskinan dan orang miskin adalah “suatu penampakan wajah” yang menimbulkan tanggung jawab kita untuk bertindak.

Ada pendampingan Narkoba di Taman Pintar, Yogyakarta