Sunday, November 2, 2008

Beato Rupert Mayer, SJ


3 November, Serikat Yesus merayakan Beato Rupert Mayer. Ia hidup pada masa Nazi dan perjuangannya selama menjadi Jesuit selalu pada orang-orang miskin dan lemah. Ia menolak paham-paham yang ditawarkan Adolf Hitler dengan berani dan terus terang untuk mengajak semua umat beriman ke jalan Kristus, jalan yang benar. Ia setia mendampingi umatnya hingga ia dianiaya dan akhirnya meninggal. Dalam bacaan Injil kita dapat melihat dengan jelas dasar penggembalaan yang dilakukan oleh Beato Rupert Mayer. Injil berbicara tentang Yesus sebagai gembala yang baik yang akan memberikan jalan yang mencerahkan kepada domba-dombanya. Ia bertanggung jawab penuh akan kehidupan domba-dombanya itu. 
Yesus berkata „Akulah gembala yang baik“ . Ia akan memimpin dan melayani domba-domba-Nya sampai mereka bisa memiliki kesejahteraan hidup. Dia akan menyediakan waktu-Nya untuk mengenal domba-domba-Nya. Usaha untuk mengenal domba-domba , bagi Yesus, itu sangatlah penting sebab karakter dan harapan masing-masing domba berbeda-beda. Dia mau mengenal mereka sebab Dia mau mengasihi mereka sebagaimana Bapa mengasihi Dia. Sebagai gembala yang baik, Yesus bertanggungjawab penuh atas kenyamanan domba-domba-Nya sehingga tak seorang pun dapat merebut mereka dari Dia. Demi keselamatan domba-domba-Nya, Ia memberikan seutuhnya hidup-Nya sebagai kurban cinta-Nya. 
”Akulah gembala yang baik,…dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku”. Seandainya kita sebagai gembala, suatu saat kita dihadapkan pada pilihan: melindungi domba tapi kita mati atau membiarkan domba mati. Mana yang lebih dipilih? Tentu manusia tidak layak mati bagi domba. Terutama jika gembala itu adalah orang yang kita sayang, kita pasti berpesan,” kalau ada binatang buas, dan kamu sudah tidak sanggup menyelamatkan domba-domba; biarkanlah, karena yang penting kamu selamat.” Dan tidak akan berkata “kalau ada segerombolan serigala yang memangsa domba-domba kamu harus menjaga domba-domba bila perlu kamu mati” Karena nyawa domba tidak sebanding dengan nyawa manusia. Begitu juga dengan harta benda yang kita miliki tidak sebanding dengan nyawa kita. Tapi kalau demi nyawa orang yang kita sayang, kita pasti rela mati berkorban nyawa. Inilah misteri kasih.
Terkadang ada juga gembala yang mati bagi domba, Yesus yang datang dengan tujuan memberi keselamatan bagi domba-dombanya. Kalau manusia saja, tidak layak mati bagi domba maka sangat tidak layak kalau Yesus mau mati bagi kita. Yesus sudah melakukan hal yang tidak lazim, yaitu mau mati bagi domba. Hal ini justru untuk menyatakan teladan yang tidak dapat kita mengerti. Kita yang tidak layak, berdosa, jahat tapi Dia rela datang, mati untuk kita. Dia sangat mengasihi, menghargai kita manusia. Adalah sifat manusia, yaitu mengasihi karena ada sesuatu yang diharapkan, karena dia berharga, tapi Tuhan justru mengasihi yang jahat untuk Dia ubah menjadi baik dan indah. Gembala mana yang dapat mengasihi kita dengan kasih yang begitu mulia? Hal ini tidak akan kita peroleh dari gembala upahan apalagi pencuri dan perampok. Hanya Tuhan pencipta yang mengasihi kita yang rela mengasihi kita dengan tulus. Sebagai gembala yang baik, Ia bukan hanya dikenal oleh domba-domba, melainkan Ia juga mengenal domba-domba-Nya. Dengan ini kita diajak untuk setia padaNya. 
Demikian juga dengan Beato Rupert Mayer, dalam setiap situasi dan kondisi Ia hadir sebagai gembala yang berbelaskasih. Ia tampil untuk memberi kekuatan ketika umatnya berada dalam kondisi lemah, kebingungan, dan tak ada jaminan keamanan hidup yaitu ketika kemanusiaan mulai tidak dijunjung tinggi selama masa Nazi. Ia hadir sebagai pemberi harapan pada saat dipenuhi perasaan pesimis dan patah semangat. Ia masih harus menjadi jalan ketika umat nya dalam situasi kehilangan ‘pedoman arah jalan hidup’. Selama di penjara, ia juga tidak patah semangat. Banyak orang dikorbarkan oleh semangat kemanusiaannya yang menunjukan kasih gembala kepada dombanya. Sekeluarnya dari penjara, ia juga tetap setia mewartakan kasih Kristus kepada banyak umat beriman. 
Maka dari itu, marilah kita mengenang kembali keberanian Beator Rupert Mayer. Ia dalam kelemahannya tetap berani dan berjuang mewartakan kebenaran dan menyuarakan kemanusiaan kristiani. Jerih payahnya memang tidak diterima pihak penguasa hingga ia dipenjarakan namun ia tetap setia menjadi gembala untuk mengantarkan umat beriman ke jalan yang seharusnya, terang kasih kristus. Marilah kita juga perjuangkan semangat kasih dari Beato Rupert Mayer ini.

No comments:

Ada pendampingan Narkoba di Taman Pintar, Yogyakarta